MARKETING MOVES



MARKETING MOVES
      
Pemasaran saat ini sangat situasional, yaitu tergantung kondisi ekonomi, trend masyarakat, gaya hidup, dll. Pemasaran harus memuaskan harapan konsumen. Tiap dekade, strategi pemasaran selalu berubah melihat kondisi yang terjadi pada saat itu. Berikut adalah perkembangan strategi pemasaran dari tahun 1950an sampai tahun 200an :
Tahun 1950 : postwar, yaitu pada saat pasca perang. Saat itu, keberadaan produk susah ditemukan (membeli beras harus mengantri). Sehingga pada saat itu teknik pemasaran yang bagus adalah Marketing mix, yaitu ada produk, price, promosi, dan distribusi. Pada saat itu, orang hanya bicara cost saja. Asal produk ada dan biayanya murah, yasudah! Orang akan beli. Sehingga cara berbisnis pun lebih ke segmentasi dan brand image karena harga susah bersaing. Contoh : susu SGM.
Tahun 1960 : soaring, yaitu pada saat sesudah perang. Saat itu, kondisi ekonomi masyarakat sedang susah. Sehingga orang pemasaran saat itu hanya berfikir “how to deliver profit?”
Tahun 1970 : Turbulent style, yaitu pemasaran mulai dikotak-kotakan dengan style. Mulai muncul produk kelas menengah dan kelas atas. Sebenarnya hal itu dilakukan karena jumlah produk tidak banyak (terbatas). Contohnya, saat ini parfum dibuat ada parfum khusus wanita dan pria, jaman dulu gak ada (masih universal dan boro-boro milih, baju jadi aja gak ada). Namun pada saat ini kondisi ekonomi masyarakat masih naik turun. Hanya orang kaya yang “terapung”. Sehingga para pemasar mulai memikirkan targetting, potitioning, strategic marketing, service marketing, social marketing, dan macro-marketing. Jadi, semua pemasaran hanya untuk target tertentu saja. Atau kapasitas tetap dibikin/dipakai semua, tetapi target untuk kelas x sekian persen, kelas y sekian persen.
Tahun 1980 : uncertain, ekonomi tidak jelas. Terjadi pada saat krismon. Mulai perang marketing karena ekonomi gak menentu. Contohnya : perang pepsi dengan coca cola, perang bimoli dengan filma, perang sabun, dll. Hal tersebut untuk memancing konsumen dan diiharapkan ada atribut kekuatan yang tersenggol. Contohnya : minyak goreng merupakan produk harian. Jadi konsumen lebih ke fungsi dan kemudahan mendapatkan. Sehingga perusahaan lebih melakukan pendekatan “mengambil margin kecil tetapi diusahakan penguasaan sekmen pasarnya besar” jadi kalo market share nya besar, perusahaan bisa mendikte pasar (internal marketing). Contoh kasus : pasar bimoli yang diambil oleh filma.
Tahun 1990 :  one-to-one. Pemasar mulai menggunakan emotional marketing, marketing internet and e-business, marketing sponsorship, dan marketing ethics.
Tahun 2000: financially driven, market pull. Demand mungkin ada tapi tidak semua demand bisa “menghasilkan”. Contohnya perusahaan start up, seperti gojek dan tokopedia. Segmentasi yang sebelumnya demograsi berubah menjadi lifestyle (bisa menengah, atas, eksekutif, educated, dan non educated).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan “Ngeteng” dari Lampung (Way Abung) ke Bogor (Dramaga)

IDEA GENERATION

PROSES DAN STRATEGI KOMERSIALISASI TEKNOLOGI