PENTINGNYA RASA SYUKUR


Sudah lebih dari seminggu ini rumah orang tua ku kedatangan PRT baru, namanya mba endang dan biasa kupanggil “bulek endang”. Kesan pertama yang kudapat dari bulek endang adalah seorang yang ramah, rajin, dan polos. Setiap apapun (literally hal sekecil apapun) yang akan dia lakukan selalu ditanyakan dulu ke saya karena saya yang selalu di rumah. Setiap bulek endang sedang menyetrika baju atau sedang melakukan pekerjaan yang memungkinkan kami buat “ngobrol”, kami sering bercerita tentang apapun. Bulek endang mempunyai dua anak, yang pertama laki-laki namanya "I’am" kelas 1 SMP dan yang kedua namanya “Maya” baru berumur 3 tahun yang selalu bulek endang bawa setiap dia kerja di rumah. Suami bulek endang adalah pekerja serabutan yang penghasilannya tidak tetap.

Saya banyak belajar dari bulek endang. Terutama tentang rasa syukur. Betapa bagi seorang bulek endang, bisa makan untuk sehari-hari saja sudah sangat bersyukur. Terlebih anaknya I’am yang baru kelas 1 SMP mau mengerti keadaan orang tuanya. Pernah suatu ketika bulek endang cerita I’am disuruh bayar uang baju oleh sekolahnya sebesar 350 ribu. Ketika itu bulek endang hanya mempunyai uang 100 ribu, ia menyuruh I’am untuk membayar 100 ribu dulu, sisanya akan dibayar ketika bulek endang/suaminya dapat uang. Tapi I’am menolaknya karena ia merasa malu dengan guru dan teman-temannya, I’am pun memilih untuk menunggu sampai orangtuanya dapat uang. 

Pernah suatu ketika saya punya baju yang sudah tidak terpakai lagi dan saya menaruhnya di belakang rumah untuk dijadikan keset. Ternyata baju yang sudah saya jadikan keset itu diambil oleh bulek endang, dia bilang “mba ini kok baju nya di tarok sini?”, saya jawab “iya bulek bajunya udah gak aku pake lagi”, dan bulek endang bilang “ini bajunya masih bagus mba, aku bawa pulang aja ya buat aku pake di rumah”. Betapa baju yang menurut saya sudah gak enak dipake, masih bagus dimata bulek endang. Atau pernah suatu ketika saya lagi bantu ibu masak buat bersihin daun kemangi dan tangkainya saya buang di tempat sampah. Bulek endang bilang “mba ini bekas daun kemangi ya? Aku ambil ya mba buat ditanem di rumah”. Betapa sayuran yang sudah saya buang ke tempat sampah masih dapat dimanfaatkan lagi bagi bulek endang. 

Pernah ketika kami sedang asyik ngobrol, bulek endang cerita ada seorang sales datang ke rumahnya menawarkan kredit kasur springbad. Saya tercengang karena selama ini ternyata bulek endang, suami dan anak-anaknya tidak tidur di kasur melainkan diatas papan bambu yang sudah dijadikannya anyaman. Saya pun cerita ke ibu, akhirnya kami memberikan kasur yang kebetulan masih disimpan di gudang untuk digunakan di rumahnya. Besoknya bulek endang cerita “mba, I’am sama Maya tidurnya nyenyak banget di kasur baru”. Betapa bahagianya bulek endang memperoleh kasur yang selama ini menurut saya adalah barang yang hampir setiap rumah pasti memilikinya.

Bulek endang telah mengajarkan saya untuk bersyukur dengan apa yang saya miliki dan apa yang saya peroleh. Melalui bulek endang saya semakin menyadari betapa hal yang mungkin kecil di mata kita, tapi sangat berarti di mata orang lain. Tentu masih banyak orang-orang seperti bulek endang atau bahkan hidupnya lebih memprihatinkan. Orang-orang seperti merekalah yang menjadi pengingat diri bahwa seberapapun harta yang kita miliki kalau kita tidak bersyukur tentu kita akan terus merasa kurang dan lupa untuk berterima kasih kepada Sang Maha Pemberi. Naudzubillahimindzalik. Semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang penuh dengan rasa syukur. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan “Ngeteng” dari Lampung (Way Abung) ke Bogor (Dramaga)

IDEA GENERATION

PROSES DAN STRATEGI KOMERSIALISASI TEKNOLOGI